Senin, 26 Oktober 2009

BIRRUL WALIDAIN

DAFTAR ISI

I. PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN .................................................... 1
II. KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN ....................................................... 4
III. BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA ........................ 5
IV. BENTUK-BENTUK BIRRUL WALIDAIN ............................................... 6
V. URGENSI BIRRUL WALIDAIN ............................................................... 6
VI. UNSUR-UNSUR BIRRUL WALIDAIN .................................................... 7
VII. WASILAH-WASILAH BIRRUL WALIDAIN ........................................... 8
VIII. KISAH-KISAH PARA NABI & SAHABAT RASULULLAH SAW
DALAM MEMPRAKTEKAN BIRRUL WALIDAIN ................................ 8
IX. KESIMPULAN .......................................................................................... 11
X. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12












Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
و عن عبد ا لله بن عمر و بن ا لعاص ر ضى ا لله عنه ان ر سو ل ا لله صلى ا لله عليه و سلم قال من الكبائر شتم ا لر جل وا لديه قيل وهل يسب ا لر جل وا لديه قال نعم يسب ا با ا لرجل فيسب ا لرجل ا با ه و يسب امه فيسب ا مه متفق عليه..
Artinya : Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘ash r.a, bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda; “Diantara dosa-dosa besar itu ialah orang mencaci ibu bapaknya”. Ditanyakan pula “Bagaimanakah orang mencaci ibu bapaknya?” Beliau bersabda : “Ya, ia mencaci ayah seseorang, maka orang itu mencaci ayahnya ( membalas), ia mencaci ibu seseorang, dan orang itu mencaci ibunya”. Muttafaq ‘alaih.( Muh Sjarif Sukandi, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung : PT Al Maarif, 1986), 537) Hadits diatas mengandung makna berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain).
I. PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN
Birrul Walidain terdiri dari kata birru dan walidain. Birru atau al-birru berarti kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua orang tua.( Yazid bin Abdul Qadir Jawas ,Birrul Walidain (Jakarta: Darul Qalam, 2000), 124)
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” (Birrul Waalidain oleh Abdurrahman Abdul Kariem Al-Ubaid, select.com )
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Pertama: Mentaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.( http://buku islam.blog spot.com/2006/09/birrul walidain.html)
Karena berbakti kepada kedua orang tua lebih merupakan perjanjian, antara sikap kita dengan keyakinan kita. Kita tahu, bahwa menaati perintah orang tua adalah wajib, selama bukan untuk maksiat. Bahkan perintah melakukan yang mubah, bila itu keluar dari mulut orang tua, berubah menjadi wajib hukumnya. Kita juga tahu, bahwa harta orang tua harus dijaga, tidak boleh dihamburkan secara percuma, atau bahkan untuk berbuat maksiat. Kita juga meyakini, bahwa bila orang tua kita kekurangan atau membutuhkan pertolongan, kitalah orang pertama yang wajib menolong mereka. Namun itu hanya sebatas keyakinan. Bila tidak ada ‘ikatan janji’ dengan sikap kita, semua itu hanya terwujud dalam bentuk wacana saja, tidak bisa terbentuk menjadi ‘bakti’ terhadap orang tua. Oleh sebab itu, Allah menyebut kewajiban bakti itu sebagai ‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’.
Dalam surat Al-Isra ayat 23Allah berfirman. "Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]
Al-Hafidz Ibnu Katsir telah menerangkan ayat tersebut sebagai berikut :
"Allah telah mewajibkan kepada semua manusia untuk beribadah hanya kepada Allah saja, tidak menyekutukan dengan yang lain. " Qadla" disini bermakna perintah sebagaimana yang dikatakan Imam Mujahid, wa qadla yakni washa (Allah berwasiat). Kemudian dilanjutkan dengan "Wabil waalidaini ihsana" hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.
Dan jika salah satu dari keduanya atau keduanya berada disisimu dalam keadaan lanjut usia, "fa laa taqul lahuma uffin" maka janganlah berkata kepada keduanya 'ah' ('cis' atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk. "Wa laa tanharhuma" dan janganlah kalian membenci keduanya. Ada juga yang mengatakan bahwa "Wa laa tanhar huma ai la tanfudz yadaka alaihima" maksudnya adalah janganlah kalian mengibaskan tangan kepada keduanya. Ketika Allah melarang perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah juga memerintahkan untuk berbuat dan berkata yang baik. (Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 39-40, Cet.I Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H
II. KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ (Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam Al-Awsath)
[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang TuaSesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:
“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani)
[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan UmurSesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya.”( Diriwayatkan oleh Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani.)
[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga oleh Allah .Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga.
III. BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
[1]. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.[2].Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.[3].Membentak atau menghardik orang tua.[4].Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. [5].Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.[6]. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan..[7]. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua..( Diambil dari kitab Uyunul Akhyar, karya Ibnu Qutaibah)
IV. BENTUK-BENTUK BIRRUL WALIDAIN[1]. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik.
[2]. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut..
[3]. Tawadhu’ (rendah hati).
[4]. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua.
[5 ]. Mendo’akan kedua orang tua.
V. URGENSI BIRRUL WALIDAIN
1. Allah ‘menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir:
3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
4. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.
5. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
7. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah.(http://www.dunia-maharani.blog spot.com/2006/merperbaiki birrul walidain )

VI. UNSUR-UNSUR BIRRUL WALIDAIN
1. Al muhaqodhotu alal kaul
Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23.
2. Khofdul Jannah
Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat 24.
3. Attoah Almushahabah
Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15.
4. Sabatulbirri ba’da wafatihima
Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :
a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e. Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua) (http://almanaar-wordpress.com/2007/II/07/birrul waliadain dalam pandangan islam)
VII. WASILAH-WASILAH BIRRUL WALIDAIN
a. Mentaati keduanya yang tidak maksiat kepada Allahb. Menghormati keduanyac. Merendahkan hati kepada keduanyad. Memuliakan keduanya dengan ucapan dan perbuatane. Membantunya dengan hartaf. Menyambung silaturahmig. Mendo'akan dan memintakan ampun untuk keduanyah. Memenuhi janjinyai. Memuliakan sahabat dekat keduanyaj. Meminta izin kepada untuk berjihad keduanya (http;// wiki my qur’an.org/index.php/birrul walidain)
VIII.KISAH-KISAH PARA NABI& SAHABAT RASULULLAH SAW DALAM MEMPRAKTEKAN BIRRUL WALIDAIN
 Kisah Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim As mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim As tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada Qs. 19 : 41-45.
 Kisah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW yang telah ditinggal ayahnya Abdullah karena meninggal dunia saat Rasulullah masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia 6 tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah berbakti pula kepada bibinya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
 Kisah Abu Bakar As Siddiq ra
Abu Bakar As Siddiq ra adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, bukan hanya perkataan yang lemah lembut lagi mulia dan sikap yang baik melainkan juga beliau dapat mengajak bapaknya yakni Abu Khuwafah untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya dan hal ini dinanti oleh Abu Bakar dengan cukup lama. Allah berfirman dalam QS 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas shalat (mendirikan shalat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
 Kisah Sa’ad Bin Abi Waqas ra
Sa’ad bin Abi Waqas ra menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan Kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau resikonya”. Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya. Kisah ini juga merupakan asbabun nujul turunnya ayat Qs 31 : 15.( http:// bukid-online.blogs.friendster.com/buikid-online/2005/07/birrul walidain.html)


KESIMPULAN
Uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Perintah birrul walidain bersamaan dengan perintah beribadah
Amal yang paling dicintai disisi Allah SWT
Orang tua adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan ‘budi baik’ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang oleh orang lain.
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga.
5. Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.






DAFTAR PUSTAKA
Birrul Waalidain oleh Abdurrahman Abdul Kariem Al-Ubaid, select.com
Diambil dari kitab Uyunul Akhyar, karya Ibnu Qutaibah
Diriwayatkan oleh Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam Al-Awsath
http://almanaar-wordpress.com/2007/II/07/birrul waliadain dalam pandangan islam)
http://buku islam.blog spot.com/2006/09/birrul walidain.html
http:// bukid-online.blogs.friendster.com/buikid-online/2005/07/birrul walidain.html
http://www.dunia-maharani.blog spot.com/2006/merperbaiki birrul walidain
http;// wiki my qur’an.org/index.php/birrul walidain
Muh Sjarif Sukandi, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung : PT Al Maarif, 1986), 537
Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 39-40, Cet.I Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H
Yazid bin Abdul Qadir Jawas ,Birrul Walidain (Jakarta: Darul Qalam, 2000), 124
Birrul Waalidain oleh Abdurrahman Abdul Kariem Al-Ubaid, select.com

INTERAKSI GURU DAN MURID

GRAND THEORY OF AL-QUR’AN
INTERAKSI ANTARA GURU DAN MURID ( QS. Al-KAHFI : 60-64 )

I KONSEP

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لآأَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا {60} فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا {61} فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا {62} قَالَ أَرَءَيْتَ إِذْ أَوَيْنَآ إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَآأَنسَانِيهُ إِلاَّ الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا {63} قَالَ ذَلِكَ مَاكُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا {64}



Artinya:
60. “Dan (ingatlah peristiwa) ketika Musa berkata kepada temannya, Aku tidak akan berhenti berjalan sehingga aku sampai di tempat pertemuan dua laut itu atau aku berjalan terus bertahun-tahun.”
61. Maka sampailah mereka berdua ke tempat pertemuan dua laut itu, (tetapi) lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelusur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah laut
62 Setelah mereka melampaui ( tempat itu ), berkatalah Musa kepada temannya,’ Bawalah makan tengah hari kita, sebenarnya kita telah dalam perjalanan kita ini.
63 Temannya berkata, ‘Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita beristirahat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupa terhadap ikan itu; dan tidaklah yang menyebabkan aku lupa menceritakan halnya kepadamu melainkan syetan; dan ikan itu telah meluncur menempuh jalannya ke laut dengan cara yang menakjubkan.’
64 Musa berkata,’Tempat itulah yang kita cari!’ Mereka pun berbalik ke sana dengan mengikuti jejak meraka sendiri.’

II INSTRUMEN
Dalam makna ayat diatas, Musa yang dalam kisah ini berperan sebagai murid berkata kepada khidir yang berperan sebagai guru. Media yang digunakan adalah bahasa lisan yang langsung diucapkan. Kalau zaman modern seperti sekarang alat komunikasi bisa dengan berbagai cara yaitu lewat surat, telegram, HP maupun alat canggih lainnya.
Adapun setting kisah tersebut adalah pesisir pantai dan sebuah perkampungan yang menjadi kisah ini semakin hidup dan penuh misteri.
III. APLIKASI
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi edukatif antara anak didik dengan pendidik. Salah satu indicator interaksi edukatif adalah apabila interaksi tersebut dilakukan secara terrencana, terkendali, ada sesuatu atau bahan yang akan disampaikan dan dapat dievaluasi dalam suatu sistem. Konsekuensi logisnya, ketika interaksi dilakukan tanpa empat poin diatas, ia tidak memenuhi karakteristik interaksi edukatif.
Interaksi edukatif adalah interaksi yang dengan sadar meletakan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang yang menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsure interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan, oleh karena itu interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru yang dalam kisah ini yang berperan sebagai gurunya Khidir dan anak didiknya yaitu Musa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sebuah norma yang harus guru transper kepada anak didiknya, oleh karena itu wajarlah bila interaksi edukatif tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak didik.
Ada tiga bentuk komunikasi antara guru dan murid dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan murid sebagai penerima aksi. Guru aktif dan murid pasif.
Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya murid busa sebagai penerima aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan murid akan terjadi dialog.
Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah komunikasi tidak hanya antara guru dan murid. Murid dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru dapat berfungsi sumber belajar bagi murid yang lain.
Pola interaksi antara Musa dan Khidir adalah pola komunikasi interaksi karena komunikasi diantara mereka terjadi dialog langsung menggunakan bahasa lisan.
Dari pemaparan diatas terlihat bahwa salah satu permasalahan penting dalam dunia pendidikan adalah komponen pendidik dan murid. Begitu pentingnya interaksi antara guru dan murid, allah memberikan gambaran akan hal tersebut bukan dalam bentuk dokrin ( larangan dan perintah langsung ), tetapi dalam bentuk kisah yang hidup. Salah satu kisah yang menggambarkan akan hal tersebut adalah surah al kahfi ayat 60-64.
B. PENJELASAN DAN PEMBAHASAN
QS. Al-Kahfi ayat 60-64 ini merupakan tafsir tarbawi karena :
Ayat-ayatnya berisi tentang pendidikan yaitu adanya interaksi antara guru ( Khidir ) dan murid ( Musa ) dalam proses pembelajaran yang menggunakan pola komunikasi dua arah.
Adanya interaksi belajar yang dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing yang dalam peranannya guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
Adanya pendidikan psikologi dari dialog tersebut yaitu khidir sebagai guru memberitahukan kepada Musa sebagai muridnya tentang kejadian yang ingin Musa ketahui. Hal ini menunjukan bahwa Khidir mempunyai rasa tanggung jawab untuk membimbing muridnya memperoleh pengetahuan yang belum diketahui sebelumnya.Pada saat murid berbuat salah maka seorang guru harus mengingatkan muridnya secara bijaksana
Ayat tersebut secara lafadz adalah muhkam atau jelas namun secara makna ada yang mempunyai makna mutasyabih. Lafadz لِفَتَاهُ pada awalnya mengandung arti remaja . Namun kemudian diartikan sebagai pembantu yang dalam kontek saat ini bisa diartikan dengan asisten. Lafadz لآأَبْرَحُ mengandung arti Aku masih tetap berjalan. Kata ini menunjukan keteguhan dan kesungguhan Nabi musa untuk bertemu seorang guru. Lapadz نَصَبًا semakna dengan ta’ab ( lelah ) setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Lapadz مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ bermakna tempat bertemunya dua lautan. Berkaitan dengan ini terdapat dua pendapat : 1) yang dimaksud adalah pertemuan antara laut Persia dan laut Romawi ( tempat bertemunya antara samudera Indonesia dan laut Merah di Babil Mandib ). 2) bahwa yang dimaksud adalah tempat pertemuan antara laut Romawi dan Samudera Atlantik di Tanjah. Lapadz حُقُبًا secara generic berarti waktu, tahun atau zaman. Menurut Abdullah bin Umar, huqub itu setara dengan 80 tahun, sementara menurut Mujahid ia sama dengan 70 tahun. Lapadz سَرَبًا berasal dari kata sarb yang pada awalnya bermakna lubang ataunjurang yang sangat dalam bi bawah tanah. Lapadz عَجَبًا merujuk kepada sesuatu hal yang bersifat menakjubkan. Hal ini oleh beberapa ulama diartikan dengan keajaiban cara ikan meluncur ke laut dan keadaannya di sana yang sungguh mengherankan. Lapadz قَصَصًا bermakna jejak semula yang dalam hal ini Musa kembali berjalan menuju tempat semula dengan mengikuti rute perjalanan awal.
Menurut suatu riwayat Nabi Musa bersemangat untuk melakukan perjalanan menuntut ilmu adalah teguran dari Allah atas kesalahannya . Allah menegurnya seraya menginformasikan seorang hamba yang jauh lebih alim dari Musa dan ia ada di pertemuan dua laut. Jika dikaitkan dengan kontek pendidikan kenyataan ini boleh jadi merupakan teguran kepada para ilmuwan yang tidak pernah menengok pada komunitas yang lain sehingga ia merasa diri paling berilmu dalam komunitasnya.
Setelah Musa menyadari kesalahannya ia membulatkan menemui orang yang di maksud yaitu seorang guru . pada kisah ini yang bertindak sebagai guru adalah Khidir karena dia mempunyai keunggulan di banding Musa. Maka terjadilah interaksi belajar antara guru dan murid dalam proses pembelajaran.

PTK Matematika

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK )

I. Judul.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Penyederhanaan Bentuk Aljabar. Dengan menggunakan Metode Coopeative Learning Numbered Head Together (NHT) di Kelas VII MTS.S Utama Ciamis.

II. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan yang sangat besar demi tercapainya proses belajar yang baik. Sehubungan dengan peranan ini, seorang guru ditruntut harus mempunyai kompetensi yang memadai dalam hal pengajaran di sekolah. Kurangnya kompetensi ghuru maka dapat menyebabkan pelaksanaan mengajar menjadi kurang lancer yang mengakibatkan pada siswa tidak senagan pealajaran sehingga siswa dapat mengalamai berbagaai kesulitan belajar dan pada akhirnya hasil belajar menurun.
Salah satu tugas guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah adalah menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar denagan baik dan bersemangat., sebab dengan iklim belajar mengajar seperti ini akan berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk itu, sebaiknya guiru mempunyai kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan metode yang tepat. Sebagaimana kita ketahui bahwa metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode mengajar yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan mempunyai kecenderungan hasil belajar siswa kurang optimal, seperti yang dialami siswa MTS.S Utama ciamis, rata-rata hasil ulangan umum semester ! belum mencapai standar yang diharapkan. Dengan kondisi hasil belajarr yang dinilai masih rendah, maka diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkannya. Salah satu langkah yang dialakukan adalah dengan mencoba menerapkan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT). Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, diantaranya Slavin (1986) dalam Ibrahim (2000:16) bahwa dari hasil penelitianyang dilakukan tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terahadap hasil belajar diperoleh 37 penelitian menunjukan kelas kooperatif lebih tinggi dibandingkan denagn kelas control dan 8 penelitian menunjukan tidak ada perbedaan. Sehubungan dengasn hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis terarik untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Penyederhanaan Bentuk Aljabar Dengan Menggunakan Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT) “ di kelas VII Mts.s Utama Ciamais.

III. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka dirumusakan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Adakah peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembealajara kooperatif tipe Numbered head together (NHT) pada pokok bahasan penyederhanaan bentuk aljabar ?.
2. Bagaimana respon siswa kealas VII/9 MTS.S Utama Ciamis terhadap pembelajaran konsep penyederhanaan bentuk aljabar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head together (NHT) ?.


IV. Pemecahan Masalah.
Guru selalu dituntut untuk menggunakan metode atau pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar karena dapat menunjang daya serap materi yang diajarkan. Alasan lain adalah bahwa guru manghadapi siswa dengan tingkah laku, tingkat kescerdasan dan daya serap yang bervariasi.guru yanag ideal harus memahami hal tersebut sehingga dalam proses belajar mengajar, guru juga harus menerapkan metode yang bervariasi dan tidak monoton pada model pembelajaran tertentu. Disisi lain jika matematika disajikan guru melalui metode bereulang-ulang akan menimbulkan kejenuhana bagi siswa. Hal tersebut juga dapat menetralisir anggapan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang rumit dan membosankan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model Cooperatifve Learning tipe Numbered head Togethere (NHT). Yaitu model pembelajaran yang membagi jumlah siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang di bentuk mempunyai tingkat keamampuan beragam ada yang pandai, sedang dan ada pula tingkat kemampuanya kurang. Setiap anggota kelompok diberi tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal yang telah diberi sesuai dengan nomor-nomor yang telah ada. Anggota kelompok saling menjelaskan kepada sesame teman anggota kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok mengetahuai jawaban dari semua soal yang diberikan. Selanjutnya, guru menyebut satu nomor para sisw dari tiap kelompok dan yang telah disebut nomornya harus menyiapkan jawabannya untuk seluruh kelas dan mempresentasekan di depan kelas. Dengan demikian, setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relative sama terhadap pelajaran matematika yang dipelajarinya dan pada gilirannya hasil yang diperoleh akan lebih baik.

V. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai denagan rumusan permasalahan sewbagaimana tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan metode kooperatif tife Numbered head Together (NHT) dalam mengajarkan pokok bahasan penyederhanaan bentuk aljabar. Adakah peningkatan hasil belajar siswa deangan model pembelajaran.
2. Mengetahui respon siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Hear Together NHT) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan penyederhanaan bentuk aljabar.

A. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah.
Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam bidang studi matematika.
2. Bagi Guru
Dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, sehingga pada pembealajaran berikutnya guru dapat memillih model atau metode mengajar yang lebih tepat.
3. Bagi siswa
Dapat membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi-materi matematika, serta mempererat kerja sama antar siswa karena model pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama dalam kelompok.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai gahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

VI. KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Matematika
Dalam proses belajar mengajar akan di peroleh suatu hasil yang disebut hasil belajar atau prestasi belajar yang maksimal, maka proses berlajar mengajar harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Prestasi belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri sisw2a setelah mengalami proses belajar. Untuk mengungkapkan prestasi belajar siswa ini, maka digunakan satu alat penilaian yang disebut tes prestasi pelajar. Menurut Mappa (1978:2) bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu yang menggunakan tes standar sebagai alat ukur keberhasilan belajar. Jadi, keberhasilan belajar seorang siswa dalam menempuh proses mengajar dapat juaga dilihat dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru. Winkel (1984:161) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti dari usaha yang dilakukan seorang siswa sehubungan dengan apa yang telah dipelajarinya.Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa merupakan bukti Utama dari proses belajar karena di dalamnya akan menampilkan suatu perubahan tingkah laku sebagai cermin nyata dari kegiatan belajar.
Prestasi belajar menurut Poerwadarminta (1976:766) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan atau dikerjakan. Seorang siswa yang belajar matematika, berarti bahwa siswa tersebut telah melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, yaitu belajar matematika dan hasil dari pekerjaan itu disebut prestasi belajar matematika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mencapai suatau prestasi harus melalui proses yang dikenal denagan belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasialan siswa dalam menguasai bahan pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matemaaaatika dalam suatu weaktu tertentu.

Pemahaman hasil belajar siswa dari setaiap guru memiliki pandangan yang berbeda-beda sejalan dengan Filosofinya. Namun, untuk Menyamakan persepsi menurut Usman (1993:7) sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku yang telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar dan suatu bahan pengajaran dinyatakan efektif apabila Tujun Intruksional Khusus (TIK0 tercapai. Ekosusilo dan Kasihadi dalam Sani (1996:6) mengemukakan definisi Efektifitas yaitu suatu keadaan yang menunjukan seberapa jauh yang telah direncanakan dapat tercapai. Dengan demikian , Selanjutnya konsep keefektifan pengajaran yang dikemikakan para ahli, Meeth mengaitkkan efektifitas dengan pencapaian sasaran. Cown menyebutkan efektifitas sebagai hasil nyata denagan hasil ideal, sedangkan Fincher mengartikjan sebagai suatu evaluasi terhadap proses yang telah menghasilhkan suatu keluaran yang dapat diamaati (sani,1996:7), Definisi efektifitas juga dikemuikakan oleh Saliman sebagai suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, sedangkan dalam www.smpn 1 bantul,net dikatakan bahwa efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai. Dalam bentuk persamaan, efektifitas sama dengan hasil nyata sebagai hasil yang diharapkan. Berdasarakan pendaspat di atas, maka sehubungan dengan penelitian ini, dikatakan efektif apabila rata-rata hasil berlajar siswa setelah diajar dengan metode Cooperstive Learning tipe Numbered head together (NHT)) lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajaar sebelum pembelajaran.


B. Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)

Model Cooperatiove Learning merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan pada kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebenarnya, pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Sejak awal abad pertama, seorang filosof berpendapat bahwa dalam mengajar seseorang harus memiliki pasangan /teman (Ibrahim, 2000:12). Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa pendekatan yang salah satu diantaranya adalah Pendekatan Sturktural (2000:20) membagi pendeakatan struktural kedalam dua tipe think-pair-share (berpikir-berpasangan –berbagi) dan Numbered Heda Together lebih menekankan pada stuktur-struktur khusus ysng dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Think-pair-share dan Numbered Head Together adalah struktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa (Nurhadii, 2003:65). Peranan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000) dengan tiga langkah yaitu ;1). Pembentukan kelompok; 2) diskusimasalah; dan 3) tukar jawaban antara kelompok. Model Pembelajaran kooperatif tife Numbered head together (NHT) merupakan salah satu pembelajaran ini dikembangkan pertama kalinya oleh Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Ibrahim,2000;28). Nurhadi (2003:66) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai pengganti Pertanyaan seluruh kelas. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkanmenjadi enam langkah sesuai denagan kebutuhan penelitian ini,enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai denagan model pembealajaran kooperatif tife Nunbered Head Together (NHT). Langkah 2: Pembentukan Kelompok. Dalam pembentukan kelompok,disesuaikan dengan model Cooperafive Learning tipe Numbered head Together (NHT).yaitu guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor berbeda. Kelompok-kelompok ini terdiri dari siswa yang memiliki kemampiuan tinggi,sedang ,rendah. Selain itu, dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya seperti jenis kelamin dan ras. Dalam penelitia ini menggunakan nilai tes awal untuk dijadika dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelasakan tiga uruta dasar pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) tetap berada dalam kelas: 2) mengajukan pertanyaan dalam kelompok sebelum melompok sebelum sebelum mengajukan pertanyaan pada guru; dan 3)memberikan umpan balik terhaadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.Langkah 3: Diskusi Masalah. Dalam kerja kelompok,guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelaji. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk mengembangkan dan meyakini bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik sampai yang bersipat umum. Langkah 4: Memanggil Nomor Anggota. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap pihak kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian mempresentasekan di depan kelas, siswa dari kelompok lain menanggapi. Langkah 5; Memberi Kesimpulan. Dalam tahap ini, guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.Langkah 6: Memberikan Penghargaan.Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian, tepuk tangan dan nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
Tujuan Utama penerapan Cooperative learning dalam kegiatan mengajar adalah:1) hasil belajar,2)penerimaan terhadap keragaman, dan 3) pengembangan model social. Langkah-langkah tindakan guru dalam model cooperative learning sebagai mana tersebut di bawah ini:


Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotifasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
Pembelajaran yang ingin dicapai pada
Pelajaran tersebut dan memotifasi siswa
belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
Bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
Agar melakukan transisi secara efesien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.

Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Materi yang telah diajarkan atau masing-
Masing kelompok mempresentasekan hasil
kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
Dan kelompok

C. Karateristik dan Prinsip Cooperative Learning
Menurut Ibrahim (2000:6) pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki karateristik sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari res, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda dan
4. {enghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.


D. Keunggulan Caooperative Learning.
Keunggulan pembelajaran kooperatif atas pembelajaran konvensional dengan melalui hasilpenelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson (1984:91) adalah sebagai berikut :
1. Memudahklan siswa melakukan penyelesaian soal
2. Membangkitkan kegiatan belajar yang sejati.
3. mencegah terjadinya kenakalan dimasa remara.
4. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.
5. Meningakatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.
6. Meningkatkan kesadaran menggunakan ide orang yang dirasakan lebih baik.
7. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
8. Menimbulkan perilaku rasional dimasa remaja.
9. Meningkatan kemampuan berpikir divergen atau kreatif.
10. meningkatkan sikap tenggang rasa.
11. meningkatkan model hidup bergotong royong.
12. meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personal sekolah..


E. Hipotesis :
Berdasarkan kajioan teori dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, makahipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut

Ada peningkatan yang signifikan hasil belajar matematika siswa pada penyederhanaan bentuk aljabar denagan menggunakan metode cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT).


VI. Rencana penelitian
A. Ruang Lingkup

Penelitian ini berupa penelitian tindakan mata pelajaran Matematika sub pokok bahasan aljabar ( penyederhanaan bentuk aljabar ) deangan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning yang dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari para guru mata pelajaran Matematika di Kelas VII/A MTS.S Utama ciamis. Penelitian dilakukan terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus pertama berupa pembelajaran dengan metode konvensional sederhana berupa ceramah , Tanya jawab, pemberian tugas. Diskusii dan test hasil belajar. Siklus kedua berupa pembelajaran menggunakan metode cooperative Learning. Selanjutnya hasil test kedua siklus tersebut dibandingkan , mana yang lebih tinggi.

B. Subjek Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup penelitian tersebut, maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah seuruh siswa kelas VII/A Mts.s Utama Ciamis.

C. Variabel yang diteliti
Sesuai dengan judul penelitian yang ttelah ditetapkan, maka variable dalam penelitian ini yaitu hasil belajar dan respon siswa terhadap mata pelajaran mateamatika.

D. Pengolahan data
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning kemudian siswa diberikan test hasil belajar, hasilnya diolah dan dibandingkan dengan hasil test yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

E. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Februari Minggu ke III di kelas VII/A MTS.S Utama Ciamis.

F. Jadawal Penelitian
Tahap pelaksanaan kegiatan penelitian ini sebagaimana tersebut dalam table di bawah ini:

No
Kegiatan
Waktu
1.
Penyusunan proposal
Februri Minggu II
2.
Proses pembelajaran
Februari Minggu III
3.
Test Hasil Penelitian
Februari Minggu III
4.
Pengumpulan dan analisis data
Februari Minggu III
5.
Penyusunan laporan
Februari Minggu IV

G. Rencana Aanggaran
Biaya penelitian ini dibebankan pada peneliti dengan rincian sebagai berikut :

1. Foto copy naskah 100 lembar x Rp.200 ,- =Rp.200.000,-
2. Honorarium Tim Peneliti 3 Org xRp.100.000,- =Rp.300.000,-
3. Rental komputer =Rp.100.000,-
4. Penggandaan dan penjilidan laporan =Rp.200.000,-
5. Atk =Rp. 100.000,-
Jumlah Rp. 900.000,-



DAPTAR PUSTAKA



Arikunto,Suharsimi,2002.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta Bumi Aksara.

Ibrahim,M.Dkk.2000.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya ; Universitas Negri Surabaya.

Johnson,R.T.1998.Learning Together and Alone Cooperetive Comperetive and Individualistic Learning (4Thed). Boston allyn and Balon.

Mappa,S, 1998. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Proses Belajar mengajar.Bandung: Tarsito.

Nurhadi,2004.Kurikululm2004 (Pertanyaan dan Jawaban),Jakarta:PT Grasindo.

Poerwadarminta,1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:balai Pustaka.

Sani, Abdullah,dkk.1996.Efektitas Pemberian Tugas Menulis Terfokus dalam Pembelajaran Matematika siswa SMU.Makalah;IKIP Surabaya.

Sudjana,2002.Metode Statistuka. Bandung:Tarsito.

Usaman,Moh.Uzer.1993.Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar, Bandung;Remaja Rosdaharya.

Winkel,W.S.1984.Psikologij Pendidikan dan Evaluasi Belajar.Jakarta;Gramedia.